Awas Stres Akibat Teknologi

Bookmark and Share

RESEP sehat sebetulnya sederhana saja. Cukup tidur dan minum air putih sesuai dengan kebutuhan. Namun, berdasarkan survei terbaru National Sleep Foundation mengenai kebiasaan tidur di Amerika yang dikeluarkan  orang Amerika tidak memiliki kualitas tidur yang baik.
Dalam survei itu, sebanyak 95% dari 1.508 responden mengakui terbiasa menyalakan televisi, mengakses internet, memainkan gim atau sekadar bertukar kabar melalui telepon sebelum mereka terlelap. Aktivitas itu dilakukan minimal tiga hari dalam seminggu.
“Padahal seluruh perangkat elektronik tersebut dapat memengaruhi kualitas tidur seseorang,” kata Lauren Hale, salah satu peneliti dari Stony Brook University School of Medicine, seperti dikutip dari laman Usa Today.
Kata Hale, teknologi komunikasi sering kali menghasilkan emisi radiasi ringan yang menekan hormon melatonin sehingga membuat seseorang sulit tertidur. Begitu juga dengan cahaya dan suara dari perangkat tersebut dapat menunda kantuk seseorang.
“Dugaan sementara adalah semakin aktif penggunaan teknologi komunikasi, semakin buruk akibatnya untuk kebiasaan tidur Anda. Ini disebabkan efek psikologi dari stimulasi otak di malam hari,” lanjut Hale.
Ketika kita menonton televisi, .atau main gim, tanpa terasa kita menghabiskan waktu lebih banyak untuk tetap terjaga.
Kurang tidur
Di Amerika, menontorttelevisi masih merupakan gangguan paling populer untuk semua umur. Dua pertiga dari responden usia 30-64 tahun dan setengah dari responden 13-29 tahun mengaku menonton televisi minimal 1 jam sebelum tidur.
Sekitar 61% dari responden juga melaporkan kebiasaan mereka menggunakan laptop atau komputer minimal 1 jam sebelum tidur, setidaknya tiga malam per mingggu. Namun, setengah responden usia 13-29 tahun menyebutkan selalu mengakses internet setiap malam sebelum tidur.
Kebiasaan menelepon di malam hari juga umum dilakukan orang-orang muda. Sebanyak 56% dari responden usia 13-18 tahun dan 42% dari responden berumur 19-29 mengaku selalu membaca dan mengirimkan pesan pendek setiap malam sebelum tidur. Dan satu dari lima orang melaporkan selalu terbangun minimal pada tiga malam per minggu gara-gara dering ponsel, SMS ataupun e-mail.
Lantaran itu, Hale menyarankan untuk mematikan ponsel di malam hari. Toh terbukti, responden yang menggunakan ponsel sebelum tidur mengaku sulit lelap dan terbangun di pagi hari dalam kondisi lelah. Efek itu berakibat sengat buruk pada responden usia muda.
Matikan televisi dan hentikan aktivitas Twitter sebelum tidur untuk menghindari technostress. Kembalilah mengobrol dengan orang yang nyata-nyata duduk di sebelah Anda.
“Karena tidur adalah proses sangat penting untuk belajar, hubungan interpersonal, dan kesehatan tubuh secara keseluruhan. Coba bayangkan anak umur 13 tahun yang kurang tidur. Dia akan mengalami konsekuensi buruk ini,” tegas Hale.
Technostress
Serbuan teknologi bukan cuma mengganggu kualitas tidur, melainkan juga mengganggu konsentrasi lantaran otak disesaki asupan informasi.
Meskipun otak dapat bekerja dengan kemampuan melakukan aneka jenis pe-ker]aan(multitasking), bukannya tak mungkin konsentrasi Anda berpindah. Bisa jadi Anda justru meninggalkan tugas-tugas utama kemudian memilih tugas alternatif yang bukan prioritas.
Nah, hati-hati jika sudah begini. Anda bisa terjangkit stres gara-gara teknologi. Istilahnya, technostress.
Pakar psikologi dari California State University, Amerika Serikat, Larry D Rosen, PhD menyebutkan, multitasking mempertinggi reaksi kimia tubuh dan mendongkrak sistem fisiologis. Ujung-ujungnya, indera seseorang dapat tumpul dan sulit berpikir jernih.
“Reaksi kimia dalam otak mempengaruhi kesegaran tubuh dan kebugaran pikiran. Ketika mengalami kelelahan, Anda mudah tersinggung. Tidur malam mengatur dan memulihkan kelelahan otak setelah seharian beraktivitas. Dengan tidur, Anda dapat tenang dan rileks,” kata Rosen.
Dia menyarankan waktu interaksi secara fisik, misalnya mengobrol saat makan malam tanpa terganggu aktivitas ponsel, sebagai upaya menghindari technostress.
Sebab, saat ini, yang kerap ditemui adalah sekumpulan orang yang asyik dengan ponsel mereka meski duduk bersama dalam satu ruangan. Bahkan dalam keluarga.
Bisa saja seorang ibu sedang asyik cliatting dengan temannya lewat ponsel, anak-anak asyik bermain video gim dan sang ayah sibuk mengirim surat elektronik di depan laptopnya. Teknologi cenderung menghasilkan aktivitas perorangan,” kata Rosen. “Jika Anda terus membiarkan anak-anak bermain karena mereka terpapar oleh pesona multimedia, teknologi akan memegang kendali kekuasaan kepada anak-anak Anda. Mereka akan bermain selama 24 jam penuh,” tegasnya.
Jadi sebelum benar-benar terjajah teknologi komunikasi, pastikan perangkat komunikasi dalam keadaan off saat bersama keluarga

{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }

Posting Komentar

Powered By Blogger