Dewasa ini kita mengenal dua jenis lemari pakaian: wardrobe dan walk in closet. Wardrobe adalah loose furniture, lemari pakaian yang dapat dipindah-pindah atau diletakkan di mana saja sesuai kebutuhan. Sedangkan walk ini closet adalah ruang tempat menyimpan pakaian termasuk tas, sepatu, dan lain-lain yang memungkinkan pengguna melaluinya (walk in). Ukurannya biasanya lebih besar. “Minimal 2 x 3 meter,” kata Fernando S Siregar, desainer Chantique, salah satu produsen lemari di Jakarta.
Lemari ini sulit dipindah-pindah karena sudah built in dengan sebuah ruang. Lazimnya peletakan dekat kamar mandi dalam kamar tidur utama, menyatu dengan tempat berdandan. Jadi, selesai mandi kita bisa langsung memilih busana di walk in closet sebelum berhias. Keluar dari kamar tidur sudah dalam keadaan rapi. Wardrobe tersedia dalam bentuk produk jadi, sedangkan walk in closet dibuat berdasarkan pesanan (customized).
Sesuai kebutuhan
Menurut Evelyn Nila Chandra, Designer PT Linear Indonesia, produsen furniture lain di Jakarta yang mengusung merek The Line, walk in closet harus disesuaikan dengan kebutuhan penghuni. “Jadi, kita perlu menentukan dulu barang-barang yang akan disimpan di walk in closet mulai dari pakaian, tas, sepatu, sampai aksesori,” katanya.
Dari situ bisa dirumuskan bentuk modul yang akan diaplikasikan pada walk in closet seperti pintu, rak, laci, dan area gantung. Rak untuk menaruh pakaian lipat, handuk, dan selimut; laci untuk pakaian dalam, kaos kaki, dan yang sejenis itu; area gantung untuk pakaian yang harus digantung seperti kemeja dan gaun panjang, atau bisa juga ditambah area gantung khusus untuk dasi, selendang, dan syal.
Penempatan barang-barang dalam modul perlu juga disesuaikan dengan jenis dan frekuensi penggunaannya. “Misalnya, sepatu pesta yang jarang dipakai bisa ditaruh di lemari dengan tempat khusus sepatu,” jelasnya. Sementara pintu bisa diterapkan bisa juga tidak. Yang penting semua barang dalam lemari terlindung dari debu dan kotoran. Kalau diberi pintu, bentuknya bisa lipat (folding door) atau geser (sliding door).
Lampu otomatis
Evelyn menyarankan pemasangan walk in closet sudah direncanakan saat merancang rumah. Bentuknya disesuaikan dengan luas ruang. Bisa I-line (memanjang segaris dengan dinding), berbentuk L, atau empat persegi panjang. Pada rumah besar walk in closet bisa didesain terhubung dengan ruang tidur atau bahkan ruang mandi kering. Jangan lupa memajang cermin atau meja rias agar aktivitas berpakaian dan berdandan lebih maksimal.
Bahan lemari pakaian beragam sesuai dengan desain ruang. Selain MDF (medium density fiber), kayu nyatoh dan plywood dengan finishing melamik atau duco juga populer digunakan. Pilihan warna dan motifnya juga beragam. Aplikasi kaca sandblast (buram) pada pintu dapat makin mempercantik lemari.
Untuk memudahkan pencarian barang di lemari, walk in closet perlu dilengkapi lampu yang menyala secara otomatis saat kita mengambil pakaian, dan mati setelah kita keluar dari lemari. Sebaiknya gunakan lampu halogen yang cahayanya terang dan mampu memperlihatkan warna asli pakaian dalam lemari. Jadi, kita tidak keliru memilih. Bisa juga lampu neon kecil dengan intensitas cahaya memadai.
Chantique menjual lemarinya sekitar Rp4 juta/meter lari. Sedangkan The Line menawarkan koleksi lemari dengan tinggi 207 cm, lebar 101 cm, dan panjang 60 cm seharga Rp4,9 juta. Sementara walk in closet akan dikerjakan dengan minimal order untuk 10 proyek dengan harga sesuai kesepakatan. Tak ada tips khusus untuk merawat lemari pakaian. Yang penting jaga kelembabannya agar pakaian tidak berjamur dan cepat rusak. “Buka pintu lemari supaya udara masuk,” ujar Fernando.
Sumber: housing-estate.com
Lemari ini sulit dipindah-pindah karena sudah built in dengan sebuah ruang. Lazimnya peletakan dekat kamar mandi dalam kamar tidur utama, menyatu dengan tempat berdandan. Jadi, selesai mandi kita bisa langsung memilih busana di walk in closet sebelum berhias. Keluar dari kamar tidur sudah dalam keadaan rapi. Wardrobe tersedia dalam bentuk produk jadi, sedangkan walk in closet dibuat berdasarkan pesanan (customized).
Sesuai kebutuhan
Menurut Evelyn Nila Chandra, Designer PT Linear Indonesia, produsen furniture lain di Jakarta yang mengusung merek The Line, walk in closet harus disesuaikan dengan kebutuhan penghuni. “Jadi, kita perlu menentukan dulu barang-barang yang akan disimpan di walk in closet mulai dari pakaian, tas, sepatu, sampai aksesori,” katanya.
Dari situ bisa dirumuskan bentuk modul yang akan diaplikasikan pada walk in closet seperti pintu, rak, laci, dan area gantung. Rak untuk menaruh pakaian lipat, handuk, dan selimut; laci untuk pakaian dalam, kaos kaki, dan yang sejenis itu; area gantung untuk pakaian yang harus digantung seperti kemeja dan gaun panjang, atau bisa juga ditambah area gantung khusus untuk dasi, selendang, dan syal.
Penempatan barang-barang dalam modul perlu juga disesuaikan dengan jenis dan frekuensi penggunaannya. “Misalnya, sepatu pesta yang jarang dipakai bisa ditaruh di lemari dengan tempat khusus sepatu,” jelasnya. Sementara pintu bisa diterapkan bisa juga tidak. Yang penting semua barang dalam lemari terlindung dari debu dan kotoran. Kalau diberi pintu, bentuknya bisa lipat (folding door) atau geser (sliding door).
Lampu otomatis
Evelyn menyarankan pemasangan walk in closet sudah direncanakan saat merancang rumah. Bentuknya disesuaikan dengan luas ruang. Bisa I-line (memanjang segaris dengan dinding), berbentuk L, atau empat persegi panjang. Pada rumah besar walk in closet bisa didesain terhubung dengan ruang tidur atau bahkan ruang mandi kering. Jangan lupa memajang cermin atau meja rias agar aktivitas berpakaian dan berdandan lebih maksimal.
Bahan lemari pakaian beragam sesuai dengan desain ruang. Selain MDF (medium density fiber), kayu nyatoh dan plywood dengan finishing melamik atau duco juga populer digunakan. Pilihan warna dan motifnya juga beragam. Aplikasi kaca sandblast (buram) pada pintu dapat makin mempercantik lemari.
Untuk memudahkan pencarian barang di lemari, walk in closet perlu dilengkapi lampu yang menyala secara otomatis saat kita mengambil pakaian, dan mati setelah kita keluar dari lemari. Sebaiknya gunakan lampu halogen yang cahayanya terang dan mampu memperlihatkan warna asli pakaian dalam lemari. Jadi, kita tidak keliru memilih. Bisa juga lampu neon kecil dengan intensitas cahaya memadai.
Chantique menjual lemarinya sekitar Rp4 juta/meter lari. Sedangkan The Line menawarkan koleksi lemari dengan tinggi 207 cm, lebar 101 cm, dan panjang 60 cm seharga Rp4,9 juta. Sementara walk in closet akan dikerjakan dengan minimal order untuk 10 proyek dengan harga sesuai kesepakatan. Tak ada tips khusus untuk merawat lemari pakaian. Yang penting jaga kelembabannya agar pakaian tidak berjamur dan cepat rusak. “Buka pintu lemari supaya udara masuk,” ujar Fernando.
Sumber: housing-estate.com
{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }
Posting Komentar